FaktaNews24.com, Tangerang ][ (GMOCT) – Rafli Ramadan (15), remaja tunarungu warga Kampung Baru, Desa Rawa Burung, Tangerang, menjadi korban penembakan senapan angin yang mengenai mata kirinya. Kejadian ini terjadi pada Senin, 17 Maret 2025, di sebuah gubuk dekat tempat peristirahatan bus di kawasan Tanah Tinggi, Jalan Daan Mogot Km-23, Kecamatan Tangerang. Keluarga korban mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini dan memeriksa saksi kunci.
Menurut Angga Setiawan, kakak korban, keluarga baru mengetahui kejadian tersebut pada Senin malam pukul 19.00 WIB melalui telepon dari Mang Ule. Rafli ditemukan terkapar berlumuran darah. Keesokan harinya, Angga mengetahui bahwa Rafli mengalami luka tembak senapan angin di mata kiri, dengan proyektil masih bersarang di tengkorak. Operasi pengangkatan peluru berjalan lancar, namun Rafli masih dalam pemulihan. Keterbatasan komunikasi akibat ketunarunguan dan ketunawicaraan Rafli mempersulit pengungkapan kejadian.
Proses pelaporan ke kepolisian pun menemui kendala. Angga kesulitan membuat laporan di Polsek Tangerang Kota karena Kanit Reskrim, Ronald, yang berada di TKP, telah pulang. Setelah mendapatkan informasi bahwa korban masih di bawah umur, Polsek Tangerang Kota menyarankan keluarga melapor ke Polres Metro Tangerang Kota. Laporan resmi akhirnya diterbitkan dengan Nomor: LP/B/377/III/2025/SPKT/Polres Metro Tangerang Kota/Polda Metro Jaya. Kanit Reskrim Polsek Tangerang Kota membenarkan pelimpahan kasus ke Polres Metro Tangerang Kota.
Kejanggalan muncul karena tidak ada saksi mata yang melihat penembakan. Mang Ule, pemilik gubuk, menyatakan Rafli bersama temannya, Rasyid, sebelum kejadian. Mereka biasanya membantu membersihkan bus dan mendapat imbalan. Senapan angin milik Mang Ule, yang biasanya disimpan rusak, telah diamankan polisi bersama proyektil. Mang Ule mengaku telah menghubungi ayah korban dan seorang polisi bernama Sulis setelah menemukan Rafli. Polisi yang datang ke TKP, menurut Mang Ule, tidak menggunakan sarung tangan saat mengamankan barang bukti.
Keluarga mempertanyakan mengapa Rasyid, yang terakhir bersama Rafli, belum diperiksa. Polisi sempat menduga Rafli menembak dirinya sendiri karena rasa penasaran, namun Angga membantahnya, mengingat keterbatasan penglihatan Rafli akibat katarak di mata kiri.
Keluarga mendesak pemeriksaan Rasyid dan berharap penyelidikan transparan dan tuntas. “Kami hanya ingin kejelasan dan keadilan,” tegas Angga. Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari kepolisian.
Informasi ini diperoleh GMOCT (Gabungan Media Online dan Cetak Ternama) dari media online Bentengmerdeka yang tergabung dalam GMOCT. Kasus ini menyoroti pentingnya penanganan kasus yang melibatkan penyandang disabilitas dan perlunya penyelidikan yang menyeluruh dan transparan.
#No Viral No Justice
GMOCT: Gabungan Media Online dan Cetak Ternama