Faktanews24.com – Pacitan, Kisah pilu dialami seorang sarjana masih muda yang baru saja menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Ia ditolak oleh seorang pemberi kerja di luar Pacitan, bukan karena kurangnya kualifikasi, melainkan karena alasan yang tak masuk akal.
“Saya membutuhkan tenaga mas, bukan membutuhkan ijazah,” Ungkap pemberi kerja melalui pesan WhatsApp di malam hari yaitu pada Rabu, 15 Januari 2025.
Pernyataan tajam itu menghujam hati sang sarjana, membuatnya merasa kecewa dan meragukan arti pendidikan di Indonesia.
“Saya merasa sangat kecewa. Pendidikan yang saya jalani selama bertahun-tahun, dengan segala jerih payah dan pengorbanan, ternyata tak bisa menjamin nasib saya dalam mencari pekerjaan,” ungkap sang sarjana yang enggan disebutkan namanya. Ia mengungkapkan kekecewaan mendalamnya karena seolah-olah pendidikan yang ia raih tak berarti apa-apa di mata para pemberi kerja.
“Padahal saya mencari pekerjaan yang halal, terkhusus di Pacitan. Namun naas, saya ditawari di luar Pacitan, tapi kenapa ijazah saya tidak bisa menjamin nasib saya dalam mencari pekerjaan?” tanya sang sarjana dengan nada kecewa. Ia merasa terkejut dan terpuruk karena seolah-olah semua upaya yang dilakukannya selama ini menjadi sia-sia.
“Semua pendidikan menuntut kita untuk semangat belajar agar lulus sekolah. Setelah lulus, kita dikecewakan tanpa adanya pertimbangan, tapi langsung dipatahkan semangatnya,” lanjut sang sarjana. Ia merasa terpuruk karena seolah-olah semua cita-cita dan mimpi yang ia bangun selama ini runtuh dalam sekejap.
Kisah sang sarjana ini merupakan cerminan ironis dari realita pendidikan di Indonesia. Banyak sarjana yang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah kurangnya kesesuaian antara keahlian yang diperoleh di bangku kuliah dengan kebutuhan pasar kerja, serta masih tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Kasus ini menguatkan perlunya evaluasi terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Pemerintah dan stakeholder terkait harus bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi masalah ini agar pendidikan bisa benar-benar menjadi jalan menuju masa depan yang cerah bagi para generasi muda.
“Semoga kisah ini menjadi wejangan bagi kita semua untuk terus berjuang mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan passion kita. Jangan biarkan kekecewaan menguras semangat kita dalam menjalani hidup,” pungkas sang sarjana.***
Penulis : Jefri Asmoro Diyatno
Sebenarnya ya pekerjaan itu banyak asal kita tidak pilih2 pekerjaan. Misal kita pilih2 pekerjaan ya harus menanggung konsekuensinya entah itu susah mendapat pekerjaan atau mendapat pekerjaan yg seadanya