Faktanews24.com – Pacitan, Pemuda asal Pacitan, Jawa Timur dirinya hanyalah seorang rakyat biasa yang lahir dari keluarga sederhana yang memiliki mimpi besar untuk kemajuan bangsa. Namun, ia kerap merasa terjebak dalam jurang pemisah antara idealisme dan realitas. Mimpi-mimpi besarnya seakan kandas di hadapan kenyataan pahit yang tak kunjung berubah. Ia bukanlah seorang pengamat politik dan juga seorang aktivis apalagi juga bukan seorang pejabat. Ia hanyalah rakyat biasa, yang hanya ingin menyuarakan hati nuraninya.
“Indonesia dibangun atas keberagaman. Itu seharusnya menjadi kekuatan, bukan pemisah. Tapi, mengapa perbedaan malah jadi senjata untuk saling menjatuhkan?” tanya Jefri Asmoro Diyatno, S.E dengan raut wajah yang penuh keprihatinan.
Ia menilai, perbedaan yang ada di Indonesia malah kerap disalahgunakan untuk kepentingan politik dan kekuasaan.
“Ruang demokrasi yang seharusnya menjadi wadah bagi semua suara, malah terasa sempit bagi rakyat biasa. Pandangan sebelah mata dan penghindaran dari para pengambil keputusan semakin menguatkan rasa putus asa,” tambahnya.
Ia mencontohkan, gagasan-gagasan yang ia tawarkan untuk kemajuan bangsa, tak pernah mendapat tanggapan serius. Suara-suara rakyat biasa seperti ia, seakan teredam oleh hiruk pikuk politik yang sarat dengan kepentingan pribadi.
“Padahal, sejatinya rakyatlah yang punya hak untuk menentukan masa depan bangsa. Namun, di mana ruang bagi kami untuk menyampaikan aspirasi?” tanya Jefri dengan nada getir.

Dia pun mengkritik keras sistem politik yang menurutnya lebih mementingkan kepentingan golongan dibanding kepentingan rakyat. Ia menilai, banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tak berpihak kepada rakyat, malah cenderung memperkaya segelintir orang.
“Kita lihat saja, banyak sekali kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Ini bukti nyata bahwa sistem kita tidak adil, dan banyak pemimpin yang tidak amanah,” tegasnya.
Ia juga menyoroti kondisi ekonomi yang semakin sulit bagi rakyat. “Harga kebutuhan pokok melambung tinggi, sementara upah stagnan. Bagaimana rakyat bisa hidup layak dengan kondisi seperti ini?” tanya Jefri, sambil menambahkan, “Ironisnya, di saat rakyat kesulitan, para pemimpin malah sibuk memperebutkan kekuasaan.”
Lebih lanjut dia juga berpendapat, kondisi ini semakin memperparah kesenjangan sosial. Kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar, sementara akses pendidikan dan kesehatan yang layak masih menjadi mimpi bagi sebagian besar rakyat.
“Ini sudah menjadi bom waktu bagi bangsa ini. Jika tidak ada solusi konkret untuk mengatasi ketimpangan sosial, kita bisa terjebak dalam konflik horizontal,” ungkapnya.
Kemudian dia juga mendesak para pemimpin untuk lebih peka terhadap kesulitan rakyat. “Mereka harus turun langsung ke lapangan dan mendengar aspirasi rakyat. Jangan hanya duduk manis di kantor dan sibuk dengan kepentingan pribadi. Rakyat butuh pemimpin yang amanah, jujur, dan berpihak kepada rakyat,” tegasnya.
“Saya tidak berharap banyak. Saya hanya ingin menyuarakan hati nurani rakyat biasa, Semoga suara ini bisa didengar, dan menjadi titik balik bagi para pemimpin untuk benar-benar berjuang untuk rakyat. Masa depan bangsa ada di tangan mereka,” Tandasnya dengan penuh harap.***
Penulis : Jefri Asmoro Diyatno