Di Balik Lebaran: Sebuah Refleksi Tentang Manusia dan Kehidupan

Faktanews24.com – Pacitan, Lebaran, sebuah momen suci yang dirayakan dengan suka cita oleh umat Muslim di seluruh dunia. Momen ini dipenuhi dengan nuansa hangat, penuh maaf, dan persaudaraan. Namun, di balik gemerlapnya pesta Lebaran, terdapat sebuah pertanyaan besar yang patut direnungkan: Apakah Lebaran hanya sebuah momen untuk saling memaafkan, atau sebuah momentum untuk merenungkan diri dan mengintrospeksi sifat dasar manusia yang tak kunjung berubah?

Lebaran memang membawa suasana penuh kebahagiaan. Umat Muslim saling bermaaf-maafan, membersihkan diri dari dosa, dan kembali kepada fitrah. Namun, setelah hiruk-pikuk Lebaran mereda, apakah sifat dasar manusia yang seringkali terlihat dalam persaingan dan keinginan untuk menaklukkan sesama benar-benar hilang? Ataukah hanya tertidur untuk kemudian bangun lagi dengan kekuatan yang lebih besar?

Persaingan dalam kehidupan sehari-hari tak kunjung padam. Dalam berbagai aspek kehidupan, manusia seringkali terjebak dalam perlombaan yang tak berujung. Dari mencari kekayaan, kekuasaan, status sosial, hingga mencari pengakuan, manusia seringkali terjebak dalam lingkaran setan yang tak menghasilkan kebahagiaan yang sebenarnya.

“Lebaran? Hanya kompetisi pencapaian hidup dengan gaya! Setelah saling memaafkan, manusia akan kembali menyakiti!” Sebuah ungkapan sinis yang mengungkapkan kekecewaan terhadap sifat dasar manusia yang tak kunjung berubah. Apakah kita hanya mampu menjalani kehidupan dengan penampilan yang berbeda di hari Lebaran, tetapi dalam hati masih tersimpan kebencian, keserakahan, dan keinginan untuk menyakiti sesama?

Lebaran seharusnya menjadi momentum untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Saling menghormati, saling menyayangi, dan saling membantu seharusnya menjadi landasan bagi kita untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Lebaran bukanlah hanya sebuah perayaan tahunan, tetapi sebuah proses transformasi diri untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Semoga kita bisa menjadikan Lebaran sebagai momentum untuk menumbuhkan kemanusiaan yang luhur dan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan sejahtera bagi semua. Semoga Lebaran bukan hanya sebuah momen untuk saling memaafkan, tetapi juga sebuah momentum untuk merombak sifat dasar manusia yang tak kunjung berubah.***

Penulis : Jefri Asmoro Diyatno

Jefri Asmoro Diyatno

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *