Faktanews24.com – Pacitan, Dalam upaya memperkuat pemahaman mengenai kesetaraan gender dan peran perempuan dalam perjuangan sosial, Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Pacitan mengadakan diskusi BINCANG PUAN dengan tema “Sarinah, Bunga Api di Celah Beton” pada Rabu, 12 Maret 2025.
Kegiatan ini diselenggarakan secara virtual melalui platform Instagram dan menghadirkan Annisa Mayang Tyaningrum, Wakil Ketua Bidang Kesarinahan DPD GMNI Jawa Timur, sebagai narasumber.
Diskusi dipandu oleh Adhisty Cahya Ramadhanti, Wakil Ketua Bidang Kesarinahan DPC GMNI Pacitan, serta dibuka secara resmi oleh Ketua DPC GMNI Pacitan, Dela Prastisia.
Dalam sambutannya, Dela menegaskan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kegundahan terhadap problematika perempuan yang semakin kompleks.
“Ketimpangan gender, femisida, ujaran seksis, misoginis, diskriminasi, serta pengabaian hak-hak perempuan masih banyak ditemukan. Oleh karena itu, kami memilih tema Sarinah, Bunga Api di Celah Beton, yang bermakna bahwa Sarinah terus berupaya menjaga bara api meskipun tumbuh di tanah gersang, di tengah himpitan yang sesak sekalipun,” Ungkapnya.
Diskusi ini mengangkat empat subtema utama, yaitu:
1. Pemahaman kesetaraan gender dalam konteks Kesarinahan
2. Strategi implementasi Kesarinahan untuk mewujudkan kesetaraan gender
3. Tantangan, hambatan, dan potensi perempuan di era saat ini
4. Refleksi serta tindakan nyata dalam perjuangan kesetaraan
Dalam pemaparannya, Annisa Mayang Tyaningrum menjelaskan bahwa konsep Kesarinahan yang dicetuskan oleh Bung Karno tetap relevan hingga saat ini, meskipun beberapa aspek perlu diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman.
“Esensi dari Kesarinahan adalah kemanusiaan atau humanisme, tentang bagaimana kita bisa saling memanusiakan manusia, berdaya, dan tumbuh bersama tanpa mendiskreditkan golongan mana pun,” Tegasnya.
Senada dengan Mayang, Ketua DPC GMNI Pacitan, Dela Prastisia, mengingatkan agar pemahaman tentang kesetaraan gender tidak terjebak pada pola pikir yang justru menciptakan ketimpangan baru.
“Gerakan perempuan jangan sampai dianggap sebagai patriarki dengan gaya baru, dengan pemegang kendali yang berbeda, yaitu perempuan. Pada intinya, kesetaraan adalah soal kemanusiaan, kesalingan, dan kesadaran bahwa semua memiliki hak dan peluang yang sama untuk tumbuh bersama,” jelasnya.
Sebagai penutup, Mayang menekankan pentingnya kader GMNI dalam memanfaatkan media digital untuk menyebarluaskan edukasi mengenai kesetaraan gender.
“Di era digital ini, kita harus bisa memaksimalkan media sebagai alat perjuangan. Karena dalam perjuangan, tidak ada kata selesai. Sebagai kader GMNI, kita harus terus merawat semangat dalam menggerakkan roda organisasi, misi kebangsaan, kemanusiaan, serta terus menebar manfaat untuk sesama,” Pungkasnya.
Dengan adanya diskusi ini, DPC GMNI Pacitan berharap agar kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender semakin meningkat, serta perjuangan untuk menciptakan keadilan bagi perempuan dapat terus berlanjut dalam berbagai aspek kehidupan.***
Penulis : Jefri Asmoro Diyatno