Opini: Kurangnya Pengawasan dan Ketegasan Pemimpin Batang Hari Soal Pembangunan Insfrastruktur
Faktanews24.com//Pinjaman sebesar 200 miliar rupiah untuk memajukan infrastruktur Kabupaten Batanghari, Jambi, adalah langkah besar yang seharusnya membawa dampak signifikan bagi masyarakat. Sebagai warga, tentu kita tidak menyalahkan keputusan tersebut, karena pembangunan infrastruktur adalah investasi jangka panjang yang sangat penting. Namun, yang menjadi sorotan adalah bagaimana dana sebesar itu dikelola, terutama terkait kualitas dan transparansi pengerjaan proyek-proyek infrastruktur.
Salah satu contoh konkret adalah pembangunan jalan dari Simpang Sungai Rengas hingga Bulu Kasab yang menghabisi anggaran sebesar Rp.5.300.000.000. Awalnya, pihak PUPR menyebutkan bahwa panjang jalan yang akan dibangun mencapai 3.300 meter sesuai dengan perencanaan awal. Namun, realitas di lapangan menunjukkan panjangnya hanya 3.100 meter. Selisih 200 meter ini bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga mencerminkan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap pelaksanaan proyek. Selain itu, kualitas jalan yang dibangun juga menjadi permasalahan, dengan banyak laporan mengenai daya tahan dan standar pengerjaan yang kurang memadai.
Sebagai seorang pemimpin, Bupati Muhammad Fadhil harus menunjukkan ketegasan dan tanggung jawab dalam memastikan bahwa setiap proyek berjalan sesuai rencana dan menggunakan anggaran secara efisien. Pemimpin tidak hanya bertanggung jawab pada perencanaan, tetapi juga pada hasil akhir yang dirasakan masyarakat. Ketegasan dalam menindak kontraktor yang lalai, memastikan audit transparan, serta melibatkan masyarakat dalam pengawasan adalah langkah-langkah yang harus diambil untuk membangun kepercayaan publik.
Pembangunan infrastruktur bukan hanya soal membangun fisik, tetapi juga membangun kepercayaan. Masyarakat Batanghari menginginkan kepemimpinan yang berani mengambil keputusan tegas demi kemajuan daerah, tanpa mengorbankan kualitas atau keadilan dalam pengelolaan anggaran. Pinjaman besar seperti ini seharusnya menjadi peluang emas, bukan sekadar angin lalu yang meninggalkan jejak pembangunan setengah hati.
Penulis:Gusti Dian Saputra
Gusti Dian Saputra