Scroll untuk baca artikel
Berita Nasional

Gerakan Anak Muda Ngile yang Bukan Sekadar Bersih-Bersih, tapi Menjadi Tempat Wong Titip Nek Arep Sodakoh

3
×

Gerakan Anak Muda Ngile yang Bukan Sekadar Bersih-Bersih, tapi Menjadi Tempat Wong Titip Nek Arep Sodakoh

Sebarkan artikel ini

Faktanews24.com – Pacitan, Di tengah hingar-bingar dunia yang semakin individualistik dan pragmatis, dari sebuah dusun kecil di Desa Ngile, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, tumbuh tunas-tunas perubahan. Tunas yang tumbuh bukan di tengah seminar mahal, bukan di kafe elit, melainkan di lantai masjid melalui sapu, pel, dan sejumput niat baik.

Merekalah Team Sapu Masjid Amanah sekelompok anak muda yang memilih untuk bergerak diam-diam namun berdampak besar. Mereka bukan aktivis layar ponsel, bukan komentator warung kopi. Mereka adalah pekerja sunyi yang mengubah wajah desa dan memantik semangat kolektif masyarakat dalam menjaga marwah rumah ibadah.

Komunitas ini berawal dari ide sederhana yang dicetuskan oleh Ahlan Taufiq, seorang pemuda yang resah melihat kondisi masjid-masjid di sekitarnya yang sering terabaikan dari sisi kebersihan. Bersama kawan-kawannya, ia membentuk “Team Sapu Masjid” pada Desember 2024, bermodal sapu, niat, dan tenaga.

“Kami tidak punya modal. Hanya punya niat. Tapi kami percaya, sesuatu yang dimulai dari niat baik akan dilanjutkan oleh tangan-tangan Allah melalui orang-orang baik,” ujar Dwi Riyanto, rekan Ahlan, mengenang masa-masa awal perjuangan mereka saat diwawancarai wartawan pada Sabtu, 19 Juli 2025.

Dua bulan berjalan, keikhlasan mereka pun memanggil dukungan. Warga mulai membantu. Ada yang menyumbangkan alat kebersihan, ada pula yang mulai titip sedekah untuk disalurkan oleh tim.

Maka sejak itulah nama mereka berubah menjadi Team Sapu Masjid Amanah. Sebuah nama yang mencerminkan dua misi besar: menjaga kebersihan masjid dan menjaga amanah ummat.

Kini, gerakan ini punya dua poros utama:

1. Jumat Bersih yaitu rutin membersihkan masjid setiap Jumat pagi sebelum salat Jumat. Masjid-masjid yang semula sepi, kini tampak bersih, harum, dan kembali hidup.

2. Perpanjangan Tangan Dermawan yaitu membantu menyalurkan sedekah, zakat, dan bantuan sosial dari masyarakat luas kepada yang membutuhkan.

Mereka menjadi apa yang oleh masyarakat disebut sebagai tempat wong titip nek arep sodakoh. Artinya, siapa pun yang ingin berbagi namun tidak tahu harus ke mana, bisa mempercayakannya kepada tim ini.

“Kami tidak hanya bersih-bersih fisik, tapi juga ingin membersihkan jalur sosial. Membangun kepercayaan di tengah masyarakat. Karena kalau orang miskin tidak dapat bantuan hanya karena tidak dikenal, lalu siapa yang akan menjembatani?” jelas Dwi.

Respon masyarakat begitu luar biasa. Dari kaum ibu hingga bapak-bapak jamaah masjid, semua menyambut hangat.

Novi, warga Desa Ngile, menyebut kegiatan ini bukan sekadar bersih-bersih biasa.

“Masjid jadi harum, nyaman, ibadah juga jadi lebih khusyuk. Anak-anak muda seperti ini yang harus didukung,” katanya.

Ravit, ibu rumah tangga lainnya, memuji ketulusan mereka.

“Tidak dibayar, tidak digaji, tapi terus semangat. Kami bangga punya pemuda seperti ini di desa,” ucapnya.

Apa yang dilakukan Team Sapu Masjid Amanah bukanlah proyek musiman. Mereka tak mencari panggung, tak mengejar pujian. Tapi kerja mereka diam-diam mengubah kultur. Kini masyarakat mulai ikut bergerak. Anak-anak mulai terbiasa datang ke masjid, bukan hanya saat salat tapi juga saat gotong royong.

Tim ini menjadi katalisator kebangkitan spiritual dan sosial di desa. Mereka menjadi contoh bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal sederhana: dari sapu, dari niat baik, dari langkah kecil.

Dengan semangat terbuka, Team Sapu Masjid Amanah mengajak para pemuda di desa-desa lain untuk ikut bergabung atau membentuk tim serupa.

“Kita butuh revolusi sunyi. Pemuda jangan cuma ramai di medsos. Mari turun langsung. Sapu masjid itu tidak membuat hina, justru memuliakan kita di hadapan Allah dan masyarakat,” ujar Ahlan.

Team Sapu Masjid Amanah punya cita-cita: Pacitan Bersih, Masjid Bersinar, Jiwa Masyarakat Tersentuh. Mereka ingin gerakan ini menyebar ke seluruh kecamatan. Mereka ingin ada “Tim Sapu Masjid Amanah” di setiap dua belas kecamatan yang ada di kabupaten Pacitan.

Dan bagi Anda yang ingin bersedekah, zakat, atau infak tapi bingung ke mana, mereka membuka tangan.

“Silakan titip lewat kami. InsyaAllah kami salurkan dengan transparan, tepat sasaran, dan penuh amanah,” tutup Dwi.

Gerakan ini layak dijadikan teladan nasional. Bahwa perubahan sosial tidak harus dimulai dari kursi kekuasaan, tapi dari karpet masjid yang bersih dan hati yang tulus.

Team Sapu Masjid Amanah adalah suara dari desa. Mereka bukan minta perhatian, tapi memberi teladan. Mari kita bantu, kita tiru, dan kita sebar semangat mereka ke seluruh penjuru negeri.

Jika negeri ini ingin bersih dari korupsi, dari kebencian, dan dari kezaliman, maka bersihkanlah dulu tempat sujud kita. Dari sanalah revolusi akan dimulai.***

Penulis : Jefri Asmoro Diyatno