Faktanews24.com – Pacitan, Sebuah isu panas tengah mengguncang kota kecil Pacitan. Dugaan praktik esek-esek terselubung yang melibatkan oknum dari karyawati pabrik menyeruak ke permukaan, memicu kehebohan dan perdebatan sengit di kalangan warga maupun jagat maya.
Modus yang diungkap lewat hasil investigasi ini terbilang licin para pelaku diduga memanfaatkan aplikasi komunikasi berwarna hijau untuk bertransaksi secara rahasia. Praktik tersebut disebut sudah berjalan cukup lama, namun baru kali ini mendapat sorotan publik luas.
Sumber internal menyebutkan, para pelaku mayoritas perempuan muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Tekanan ekonomi, gaji pas-pasan, hingga tuntutan gaya hidup tinggi menjadi pemicu mereka memilih “jalan pintas” yang berisiko ini.
“Sebenarnya gaji mereka pas-pasan, sementara gaya hidup tinggi. Ya akhirnya cari alternatif cepat,” ujar seorang narasumber pada Jumat, 8 Agustus 2025.
Namun, faktor suka sama suka dan keinginan mencari sensasi berbeda juga disebut menjadi pendorong utama.
Sri, ibu rumah tangga di Pacitan, mengaku terkejut sekaligus prihatin.
“Gak nyangka kota sekecil ini ada praktik kayak gini. Tapi ya mungkin karena kerasnya hidup,” ujarnya.
Ia menilai, fenomena ini bisa menghancurkan keharmonisan rumah tangga jika dibiarkan.
Di media sosial, pendapat warga terbelah. Ada yang mengecam keras sebagai tindakan amoral dan melanggar hukum, sementara ada pula yang memilih sikap permisif.
Budi, salah satu pengguna, menulis, “Suka sama suka, terserah mereka, asal jangan di tempat umum.”
Komentar ini langsung dibantah Ayu yang menegaskan, “Zina itu haram woy! Opo ra medeni? Bayangno kalau ada perempuan hamil, opo ra mesakne anak mbesuk?”
Ketegangan opini ini membuat isu semakin panas. Warga kini mendesak aparat dan pemerintah daerah segera turun tangan, mengusut tuntas dugaan tersebut, sekaligus melakukan pembinaan moral agar generasi muda tidak ikut terjerumus.
Hingga berita ini diturunkan, pihak perusahaan dan kepolisian belum memberikan keterangan resmi. Skandal ini pun masih menjadi perbincangan nomor satu di Pacitan dan belum ada tanda-tanda mereda.***
Penulis : Jefri Asmoro Diyatno