Faktanews24.com – Pacitan, Suhu politik di Kabupaten Pacitan kian memanas. Isu perpindahan Gagarin, salah satu tokoh politik lokal paling berpengaruh, dari Partai Golkar ke Partai Demokrat, semakin santer terdengar. Rumor ini tidak hanya bergaung di lingkaran elit politik, tetapi juga menggelinding hingga ke akar rumput masyarakat.
Sosok Gagarin, yang selama ini dikenal setia berada di jalur Golkar, tiba-tiba menjadi sorotan. Sebab, kabar hengkangnya dari partai berlambang pohon beringin dianggap sebagai potensi pergeseran besar peta politik Pacitan menjelang 2029.
Salah satu warga Pacitan, Gondomono, mengaku sudah lama mendengar isu ini. Bahkan, menurutnya, wacana kepindahan Gagarin ke Demokrat sudah beredar sejak lama, jauh sebelum rumor kembali mencuat tahun ini.
“Mengenai isu wacana perpindahan Gagarin ke Demokrat sebenarnya bukan isu baru di kalangan dunia bawah permukaan Pacitan. Itu sudah lama, bahkan konon sejak periode pertama. Jika itu benar, tentunya DPP Partai Demokrat punya peran karena bagaimanapun Pacitan adalah ruh dari Demokrat itu sendiri,” ungkapnya saat diwawancarai wartawan pada Selasa, 29 Juli 2025.
Bagi dirinya, jika benar Gagarin bergabung ke Demokrat, langkah itu sangat realistis. Mengingat setelah Bupati Indrata Nur Bayuaji menyelesaikan periode keduanya, hanya Gagarin yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi untuk memimpin Pacitan.
“Namun tentunya bisa menjadi ancaman bagi sebagian kecil kader Demokrat yang masih berambisi membara. Toh selama ini Gagarin sudah menunjukan sikap tawaduk dan konsisten menjadi nomor dua. Tentunya 2029 adalah saatnya bagi Gagarin mengambil posisi di nomor satu. Tapi ini politik, dinamika bisa berubah setiap saat,” tegasnya.
Namun, skenario ini bukan tanpa risiko. Jika benar Gagarin meninggalkan Golkar, partai berlambang beringin tersebut akan kehilangan figur pemersatu dan tokoh sentral. Gondomono bahkan menilai, sulit mencari sosok selevel Gagarin untuk menahkodai Golkar di Pacitan.
“Andaipun Gagarin meninggalkan Golkar, akan sulit mencari tokoh selevel Gagarin untuk menahkodai partai. Kecuali Pak Budi Sartek mau turun gunung lagi. Tapi kita sebagai masyarakat hanya bisa melihat ke depan bagaimana dinamikanya,” pungkasnya.
Isu ini pun memantik dua kubu opini. Di satu sisi, pendukung Gagarin melihat kepindahan ini sebagai langkah strategis yang dapat memperkuat Demokrat di Pacitan. Di sisi lain, sebagian pihak menilai langkah tersebut rawan memicu konflik internal dan memecah kekuatan politik yang selama ini sudah terbangun.
Hingga kini, Gagarin belum memberikan pernyataan resmi. Apakah ia benar-benar akan membelot dari Golkar dan merapat ke Demokrat? Ataukah ini sekadar manuver politik untuk menguji kesetiaan partai lamanya?
Satu hal yang pasti, Pacitan kini berada dalam fase politik yang mendebarkan. Gelombang yang tercipta dari isu ini berpotensi mengubah peta kekuatan menjelang Pemilu dan Pilkada 2029. Dengan demikian semua mata pun tertuju pada Gagarin dan waktu yang akan menjawab teka-teki besar ini.***
Penulis : Jefri Asmoro Diyatno