Palembang – Praktik dugaan penyelewengan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamina bersubsidi mencuat di Palembang, melibatkan oknum sopir merah putih dan diduga oknum anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Modus operandi yang tergolong rapi ini terbongkar setelah informasi yang diterima wartawan mengindikasikan adanya kegiatan barter minyak secara ilegal di sebuah gudang di Jalan H. Sarkowi B, Kelurahan Keramasan, Kecamatan Kertapati, Kota Palembang.
Dua oknum sopir, yang diidentifikasi sebagai Wahyu dan Mukti, dikabarkan menjadi aktor utama dalam aksi ini. Keduanya diduga kerap membawa mobil perusahaan masuk ke gudang milik seorang berinisial Ian untuk melakukan barter minyak.
Untuk mengelabui pantauan, Wahyu dan Mukti disebut-sebut melepaskan alat pelacak GPS dari mobil operasional mereka. GPS tersebut kemudian dibawa oleh seorang rekan menggunakan sepeda motor, mengikuti rute yang seharusnya dilalui mobil dengan kecepatan 30 hingga 40 km/jam. Setelah GPS berhasil dibawa sesuai rute, Wahyu dan Mukti akan berbelok menuju gudang BBM ilegal milik Ian.
Di lokasi tersebut, disinyalir terjadi pertukaran minyak: minyak olahan dari Sungai Angit akan dimuat ke mobil berlogo merah putih (diduga mobil Pertamina), sementara minyak dari Pertamina akan diturunkan ke gudang BBM ilegal Ian.
Setiap kali barter, Wahyu dan Mukti dikabarkan meraup keuntungan hingga belasan juta rupiah dari Ian. Jumlah minyak yang dibarter pun tak main-main, mencapai puluhan ton.
Setelah berhasil mengumpulkan minyak dari Pertamina, Ian diduga menjualnya kembali ke berbagai daerah, termasuk wilayah Jalur dan sekitarnya. Bahkan, tak jarang masyarakat datang langsung ke gudang tersebut dengan mobil pribadi untuk membeli Pertalite secara ilegal.
Yang lebih mengejutkan, Ian sendiri seringkali menunjukkan sikap arogan. Ia kerap sesumbar di hadapan wartawan dan mengolok-olok aparat kepolisian Polda Sumatera Selatan, menyatakan bahwa tidak ada yang berani menutup gudang BBM ilegal miliknya.
Kesombongan Ian ini disinyalir karena adanya dukungan atau “backup” dari oknum TNI yang melindungi usahanya. Oknum TNI ini disebut-sebut berperan menghalau pihak kepolisian Polda Sumsel yang berencana menggerebek gudang BBM ilegal tersebut.
Melihat praktik kecurangan dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh oknum sopir dan dugaan oknum TNI ini, Aktivis Pemuda Peduli Sumsel mendesak Pertamina dan Pangdam II Sriwijaya untuk segera mengambil tindakan tegas. Mereka menuntut agar oknum-oknum yang terlibat dalam praktik ilegal ini dipecat dan diproses sesuai hukum yang berlaku untuk memberikan efek jera.