SURABAYA. Siswahyu Kurniawan SSos Media Independen Online (MIO) Provinsi Jawa Timur yang pernah mendapatkan beasiwa Community Development Asian Social Institute (ASI) – Eastern Asia Past Institute (EAPI) Manila – Filipina menyebut bahwa dalam periode kepresidenan saat ini (20 Oktober 2024 – 20 Oktober 2029) dibawah Presiden RI ke-8 Jenderal TNI Purn. H. Prabowo Subianto merupakan periode yang vital dan momentum untuk Bangsa – Rakyat Negara Indonesia untuk sungguh-sungguh menuju cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 yang telah direbut dengan jutaan nyawa para pahlawan kita.
“Periode Presiden Prabowo, vital untuk Indonesia ke depan,” tandas Siswahyu Kurniawan yang juga penulis ribuan puisi, juga sejumlah buku termasuk buku biografi pelawak nasional Asmuni – Srimulat serta buku berjudul: BUNG KARNO DAN PAK HARTO yang telah ditulisnya berpuluh tahun lalu.
Momentum untuk meniadakan oligarki negatif yang telah merasa berkuasa. Oligarki asing aseng yang telah merampok ribuan triliun dari kekayaan kita, yang lantas diantaranya digunakan oleh para oligarki untuk adu domba antar kita sehingga tidak fokus pada cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Siswahyu Kurniawan juga mengutip bahwa banyak ahli dari dalam negeri maupun luar negeri, yang prihatin atas hasil Reformasi 1998, lebih-lebih pada periode 2014 hingga (September) 2024 pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disebut sebagai puncak keberhasilan oligari dengan modalnya untuk memonopoli kekuasaan sehingga tidak lagi untuk rakyat. Dikemas seolah-olah untuk rakyat, tapi tidak dalam kenyataannya untuk rakyat.
Kurang-lebih hal tersebut diantaranya diungkapkan oleh Mahfud MD, Jefrey Winter dari luar negeri (pakar politik dari Northwestern University), Wijayanto dosen Universitas Diponegoro.
Mahfud MD diantaranya menyebut, pasca Reformasi adalah justru terjadi pelemahan hukum terhadap kepentingan rakyat. Diantaranya muncul oligarki, negara yang dikuasai oleh sekelompok kecil orang yang punya modal.
Kemudian dari luar negeri ada Jefrey Winter pakar politik dari Northwestern University.
Jefrey Winter diantaranya menyebut dalam era Presiden ke-7 RI Joko Widodo / Jokowi (berkuasa pada 20 Oktober 2014 – 20 Oktober 2024), kian leluasa para oligarki menguasai, tidak hanya pada ranah politik, akan tetapi sudah masuk ke dalam sistem pemerintahan, menduduki pos-pos kementerian yang strategis secara ekonomi dan politik. Dengan kata lain (lebih) langsung memberi tekanan dan pengaruh terhadap penguasa baru (bahkan) di ruang rapat yang sama.
Jefrey Winter juga menyebut, penguasa (Jokowi dkk) dipoles seolah-olah sangat populis dan merakyat, tapi sangat bergantung kepada para oligar dalam setiap keputusan yang diambil.
Indikasi oligarki dalam pemerintahan Jokowi, diantaranya lolosnya pembahasan revisi Undang-Undang (RUU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), RUU Pemasyarakatan, dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Beleid-beleid itu berisi regulasi janggal pelemahan KPK dan pembungkaman demokrasi yang menjadi pintu masuk bagi oligarki untuk menguasai politik Indonesia.
Sementara itu, Wijayanto dosen Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) Semarang, diantaranya menyebut Wijayanto, bahwa dalam sepanjang era reformasi, barulah pada era JokoWidodo inilah kaum oligarki mendapat kemenangan besar.
Apa yang disampaikan banyak ahli dan kalangan, termasuk yang disampaikan oleh Mahfud MD, Jefrey Winter dan Wijayanto tersebut menjadi salah satu warisan terberat yang harus dihadapi oleh Presiden RI ke-8 (periode 20 Oktober 2024 – 20 Oktober 2019) Jenderal TNI HOR Pur. H. Prabowo Subianto yang dalam beberapa kesempatan disebut oleh KH Abdurrahaman Wahid / Gus Dur (tokoh dunia dan PBNU, serta Presiden RI ke-4) bahwa Prabowo Subianto-lah tokoh yang paling ikhlas untuk negeri (Indonesia) ini.
Dengan kata lain, diantaranya, periode Presiden Prabowo, merupakan momentum yang paling tepat untuk seluruh elemen bangsa – negara untuk saling bahu-membahu menghadapi warisan-warisan negatif, agar Indonesia bangkit dan bisa mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Meskipun sebagian ranah kekuasaan kini masih disusupi para oligarki.
Namun yang penting juga bahwa agar kita tidak bisa lagi dibelok-belokkan oleh para oligarki yang asing aseng, yang diantaranya juga menggerakkan buzzer-buzzer negatif yang merasa dibayar mahal (padahal recehan) untuk mengacaukan situasi-kondisi rakyat Indonesia agar tidak mendongkel para oligarki.
Para oligarki asing aseng merampok kekayaan kita termasuk dengan korupsi berjamaah, manipulasi, penjarahan kekayaan alam Indonesia kita hingga mereka mendapatkan ribuan triliun yang ditaruh di dalam negeri maupun luar negeri. Lantas sebagian kecil dari itu untuk mencekoki orang-orang yang mau mereka setir, termasuk membayar buzzer-buzzer negatif yang kontra terhadap kepentingan dan tujuan rakyat Indonesia.
Kita dimana, kini? Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926 / 081215754186 (Sisw.).