MOJOKERTO– Lahan sempit di Kota Mojokerto tak menjadi penghalang bagi para pemuda untuk terus menggalakkan urban farming.
Hasil kreatifitas petani millenial, mereka memanfaatkan lahan tidur milik pemerintah daerah, yang disulap menjadi budidaya sayuran organik bernilai ekonomi.
Salah satu petani milenial, Rheza Firmansyah Abdillah (25) mengatakan, dirinya memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya seluas 800 meter milik Pemda yang tidak terpakai.
Di lahan tidur itu, ia berinisiatif bertani berbagai macam sayuran organik.
“Sudah lima bulan bertani sayuran organik, ada pakcoy, caisim, terong, kangkung, selada dan lainnya,” kata Rheza, Senin (12/5/2025).
Rheza membuat pembuatan pupuk organik, untuk menghasilkan tanaman sayuran yang berkualitas. Pupuk padat berbahan dari kotoran hewan kambing tanpa bahan kimia.
“Pupuk buat sendiri, semuanya menggunakan organik dari mulai perawatan hingga masa panen. Belajar otodidak dari pengalaman dan YouTube,” bebernya.
Perawatan sayuran organik cukup mudah, dengan intensitas sedang pemberian pupuk dan menjaga PH tanah, penyiraman minimal 2 kali sehari. Penyemprotan di sekitar lahan diperlukan untuk mengantisipasi hama yang dapat merusak sayuran organik.
Hasil panen sayur organik masih dipasarkan di lingkungan sekitar, ibu rumah tangga dan melalui kemitraan yang nantinya akan dikembangkan menyasar UMKM dan cafe.
Setiap keuntungan Rp 1-2 ribu akan diberikan untuk kas Poktan Margodadi, Kelurahan Balongsari, Magersari, Kota Mojokerto.
“Sayuran organik tiga ikat pakcoy dihargai Rp 7 ribu dan satu pack kangkung Rp 6 ribu. Pemasarannya masih di lingkungan sekitar, kalau ada pesanan baru dipanen. Untuk kemitraan ada di Tropodo dan Jayanegara,” ungkap Rheza.
Ia menyebut, sayur organik memiliki keunggulan bebas pestisida atau bahan kimia.
Harga sayur organik dari pertaniannya dijual dengan harga kompetitif bahkan lebih murah dari sayur di pasaran.
“Sayur organik yang kita jual harganya terjangkau, karena mindset kebanyakan orang itu sayuran organik mahal,” pungkasnya.
Pemerintah daerah melalui Kelurahan Balongsari mensupport para pemuda menjadi petani milenial, yang memanfaatkan lahan tidur di Kota Mojokerto.